Minim Penerus Perajin. Gerabah tungku masak dari tanah liat dijemur perajin, Kasongan, Bantul, Yogyakarta, Senin (17/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)
Minim Penerus Perajin. Perajin membuat tungku masak dari tanah liat di Kasongan, Bantul, Yogyakarta, Senin (17/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)
Minim Penerus Perajin. Tungku masak dari tanah liat dijemur perajin, Kasongan, Bantul, Yogyakarta, Senin (17/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)
Minim Penerus Perajin. Tempat kerja perajin tungku masak dari tanah liat di Kasongan, Bantul, Yogyakarta, Senin (17/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)
Minim Penerus Perajin. Perajin membuat tungku masak dari tanah liat di Kasongan, Bantul, Yogyakarta, Senin (17/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)
Minim Penerus Perajin. Perajin membuat tungku masak dari tanah liat di Kasongan, Bantul, Yogyakarta, Senin (17/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gerabah dalam khazanah kebudayaan Indonesia memiliki sejarah panjang. Salah satu unsur kejayaan budaya Majapahit dikenal dari pecahan gerabah yang ditemukan. Di beberapa wilayah tanah air pun hingga dikenal sebagai sentra gerabah.
Daerah Kasongan, Bantul, Yogyakarta, dikenal sebagai salah satu sentra gerabah Pulau Jawa. Namun kini keberadaan perajin gerabah tradisonal terancam keberlangsungan. Pasalnya, generasi muda lebih memilih pekerjaan yang lebih menjanjikan daripada menjadi perajin gerabah.
sumber : Republika