Selasa 25 Feb 2020 12:54 WIB

Polres Sleman Rilis Tersangka Kasus Susur Sungai SMPN 1 Turi

.

Rep: Wihdan Hidayat, Wahyu Suryana/ Red: Yogi Ardhi

Tersangka Kasus Susur Sungai. Tiga orang tersangka kasus musibah susur Sungai Sempor dihadirkan saat gelar perkara di Polres Sleman, Yogyakarta, Selasa (25/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)

Tersangka Kasus Susur Sungai. Tiga orang tersangka kasus musibah susur Sungai Sempor dihadirkan saat gelar perkara di Polres Sleman, Yogyakarta, Selasa (25/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)

Tersangka Kasus Susur Sungai. Tiga orang tersangka kasus musibah susur Sungai Sempor dihadirkan saat gelar perkara di Polres Sleman, Yogyakarta, Selasa (25/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)

Tersangka Kasus Susur Sungai. Tersangka kasus musibah susur Sungai Sempor IYA memberikan keterangan saat gelar perkara di Polres Sleman, Yogyakarta, Selasa (25/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)

Tersangka Kasus Susur Sungai. Tiga orang tersangka kasus musibah susur Sungai Sempor dihadirkan saat gelar perkara di Polres Sleman, Yogyakarta, Selasa (25/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Polres Sleman rilis tersangka insiden susur sungai SMP 1 Turi Sleman di Mapolres Sleman, Yogyakarta, Selasa (25/2). Tiga tersangka  IYA guru SMPN 1 Turi, DDS, dan R, namun Polres Sleman masih terus melakukan penyidikan sehingga tersangka masih bisa bertambah.

Kegiatan susur sungai SMPN 1 Turi di Sungai Sempor yang akibatkan 10 siswa meninggal dan puluhan siswa luka-luka ternyata tidak didului surat izin ke keluarga. Bahkan, hanya berbekal tanda tangan kepala sekolah lama.

Bahkan, tersangka IYA baru memasukkan item kegiatan susur sungai di Sungai Sempor pada Kamis (20/2) malam ke grup WhatsApp Dewan Penggalang. Berisi dewan-dewan pembina, dan 23 anak-anak kecil Kelas 8 yang diseniorkan.

"Yang punya KMD (Kursus Mahir Dasar) cuma tiga orang (dari tujuh pembina), yang nyemplung (turun ke sungai) itu baru Januari ikut jadi dewan pembina pramuka," kata Rudi.

Artinya, empat pembina belum menguasai medan dan belum memiliki kualifikasi. Ironisnya, 249 anak-anak dipaksakan turun ke sungai pada musim hujan cuma didampingi empat orang yang jelas-jelas sangat minim pengalaman. (Wahyu Suryana)

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement