REPUBLIKA.CO.ID, Iran kembali menjadi perhatian dunia setelah melanjutkan pengayaan uranium hingga ke tingkat kemurnian 20 persen. Level tersebut melebihi ambang batas yang telah disepakati dalam perjanjian nuklir Iran pada 2015. Kalangan internasional khawatir Iran akan membuat senjata nuklir, meski Teheran membantahnya. Berikut jejak dan respons atas rencana Iran mengembangkan program nuklirnya
4 Januari 2021
Iran mengumumkan telah melanjutkan pengayaan uranium hingga 20 persen di fasilitas nuklirnya di Fordow.
5 Januari
Komisi Eropa menyesalkan Iran melanjutkan pengayaan nuklir ke level hingga 20 persen. Langkah ini dianggap melanggar komitmen nuklir dan berdampak serius.
5 Januari
Jepang prihatin Iran lakukan pengayaan hingga 20 persen. Pengayaan semacam ini melanggar kesepakatan yang disepakati pada 2015.
16 Januari
Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian mendesak agar Teheran dan Washington kembali bergabung dalam kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
17 Januari
Iran mendesak pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menghindari penerbitan rincian tidak perlu tentang program nuklirnya.
21 Januari
Biden ajak bicarakan nuklir Iran dengan mitra asing.
25 Januari
Kepala Mossad siap temui Biden bahas kesepakatan nuklir Iran.
27 Januari
Jenderal Israel menilai Paman Sam akan salah jika kembali ke kesepakatan nuklir Iran.
28 Januari
Menlu AS terpilih Antony Blinken meminta Teheran kembali mematuhi kesepakatan nuklir pada 2015.
29 Januari
Iran tak akan menghentikan program percepatan pengembangan nuklirnya selama Amerika Serikat tidak mencabut sanksi yang ditujukan ke Teheran. Demikian ditegaskan oleh kata Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif.