Ahad 02 Apr 2023 19:45 WIB

Kisah Atik, 25 Tahun Mengabdi Sebagai Penjaga Rumah Allah

Profesi marbut sudah dijalani Atik sejak tahun 1998.

Rep: Thoudy Badai/ Red: Edwin Dwi Putranto

Atik (64) pengurus masjid Cut Meutia berpose di Masjid Cut Meutia, Jakarta, Ahad (2/4/2023). Sejak 1998, dirinya telah menekuni profesi menjaga rumah allah itu. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Di Masjid Cut Meutia, pria asal Bandung Barat itu bertugas untuk memastikan semua area masjid bersih agar nyaman saat digunakan untuk ibadah. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Suasana Masjid Cut Meutia, Jakarta, Rabu (2/4/2023). Atik (64) merupakan marbut atau pengurus di Masjid Cut Meutia dari tahun 1998. Selama 25 tahun, tugas ia adalah memastikan semua area masjid bersih agar nyaman saat digunakan untuk ibadah. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Dijelaskannya, sebagai marbut, dirinya selalu bisa beribadah secara tenang dan merasa dekat dengan masjid. Ia juga merasa mendapatkan keberkahan dari pekerjaannya. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Selama bekerja sebagai marbut, Ayah satu orang anak dan kakek tiga orang cucu itu selalu merindukan momen bulan suci Ramadhan. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Meski tugasnya bertambah, dengan harus ikut menyediakan makanan untuk berbuka, namun ia merasa senang, karena suasana masjid menjadi ramai dikunjungi warga untuk beribadah, mengaji dan beristirahat. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Warga membaca Alquran di Masjid Cut Meutia, Jakarta, Rabu (2/4/2023). (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

Untuk diketahui, Masjid Cut Meutia merupakan masjid peninggalan sejarah zaman Belanda yang sebelumnya digunakan sebagai kantor biro arsitek. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi Atik (65), bekerja sebagai marbut di Masjid Cut Meutia, Jakarta, merupakan pilihan hidupnya. Sejak 1998, dirinya telah menekuni profesi menjaga rumah Allah itu. 

Di Masjid Cut Meutia, pria asal Bandung Barat itu bertugas untuk memastikan semua area masjid bersih agar nyaman saat digunakan untuk ibadah. 

"Menjadi marbut merupakan pilihan hidup saya," kata Atik saat ditemui Republika di Masjid Cut Meutia, Jakarta, Ahad (2/4/2023).

Dijelaskannya, sebagai marbut, dia selalu bisa beribadah secara tenang dan merasa dekat dengan masjid. Ia juga merasa mendapatkan keberkahan dari pekerjaannya. 

Selama bekerja sebagai marbut, Ayah satu orang anak dan kakek tiga orang cucu itu selalu merindukan momen bulan suci Ramadhan.

Meski tugasnya bertambah, dengan harus ikut menyediakan makanan untuk berbuka, dia merasa senang karena suasana masjid menjadi ramai dikunjungi warga untuk beribadah, mengaji dan beristirahat. 

"Suasana Ramadhan selalu berbeda. Apalagi sekarang sudah tidak ada larangan prokes Covid lagi, jadi sudah kembali seperti dulu," katanya.

Untuk diketahui, Masjid Cut Meutia merupakan masjid peninggalan sejarah zaman Belanda yang sebelumnya digunakan sebagai kantor biro arsitek.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement