Orang-orang melakukan protes membawa spanduk bertuliskan bertuliskan: Menolak pembuangan Limbah air radioaktif yang telah diolah ke laut di pantai menuju pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, yang rusak akibat gempa bumi dan tsunami besar pada 11 Maret 2011, di kota Namie, timur laut Jepang, Kamis, (24/8/2023). (FOTO : AP Photo/Eugene Hoshiko)
Pemandangan dari udara ini menunjukkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di Fukushima, Jepang utara, Kamis, (24/8/2023). (FOTO : Kyodo News via AP)
Orang-orang melakukan protes di pantai menuju pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, yang rusak akibat gempa bumi dan tsunami besar pada 11 Maret 2011, di kota Namie, timur laut Jepang, Kamis, (24/8/2023). (FOTO : AP Photo/Eugene Hoshiko)
Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, rusak akibat gempa bumi dan tsunami besar pada 11 Maret 2011, terlihat dari dekat pelabuhan perikanan Ukedo di kota Namie, timur laut Jepang, Kamis, (24/8/2023). (FOTO : AP Photo/Eugene Hoshiko)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, NAMIE -- Orang-orang melakukan protes di pantai menuju pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang rusak akibat gempa bumi dan tsunami besar pada 11 Maret 2011, di Kota Namie, timur laut Jepang, Kamis, (24/8/2023).
Operator Fukushima Daiichi yang dilanda tsunami mengatakan, mereka mulai melepaskan gelombang pertama air radioaktif yang telah diolah ke Samudra Pasifik pada hari Kamis.
Itu merupakan sebuah langkah kontroversial. Namun itu juga merupakan tonggak sejarah bagi perjuangan Jepang melawan meningkatnya cadangan air radioaktif. Jepang mulai melepaskan lebih dari 1 juta metrik ton air radioaktif ke laut.
sumber : AP Photo