Mencari Pencerahan di Aksi Kamisan Ke-815
Mahasiswa menampilkan aksi teatrikal sebagai respons penanganan pemerintah..
Rep: Thoudy Badai/ Red: Tahta Aidilla
Aktivis pegiat HAM mengikuti Aksi Kamisan ke-815 di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (16/5/2024). Aksi kamisan ini digelar dalam rangka mengkritisi berkas penyidikan tragedi 1998 yang mangkrak di Kejaksaan Agung yakni kasus kerusuhan 13-15 Mei, tragedi Semanggi I, Semanggi II, Trisakti serta penculikan aktivis pro-demokrasi. Selain itu, sejumlah mahasiswa menampilkan aksi teatrikal sebagai respon penanganan pemerintah dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM yang dinilai pelihara impunitas. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Mahasiswa dari STF Driyarkara melakukan aksi teatrikal saat Aksi Kamisan ke-815 di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (16/5/2024). Aksi kamisan ini digelar dalam rangka mengkritisi berkas penyidikan tragedi 1998 yang mangkrak di Kejaksaan Agung yakni kasus kerusuhan 13-15 Mei, tragedi Semanggi I, Semanggi II, Trisakti serta penculikan aktivis pro-demokrasi. Selain itu, sejumlah mahasiswa menampilkan aksi teatrikal sebagai respon penanganan pemerintah dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM yang dinilai pelihara impunitas. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Guru Besar Filsafat STF Driyarkara Franz Magnis-Suseno memberikan kuliah umum saat Aksi Kamisan ke-815 di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (16/5/2024). Aksi kamisan ini digelar dalam rangka mengkritisi berkas penyidikan tragedi 1998 yang mangkrak di Kejaksaan Agung yakni kasus kerusuhan 13-15 Mei, tragedi Semanggi I, Semanggi II, Trisakti serta penculikan aktivis pro-demokrasi. Selain itu, sejumlah mahasiswa menampilkan aksi teatrikal sebagai respon penanganan pemerintah dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM yang dinilai pelihara impunitas. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Aktivis pegiat HAM mengikuti Aksi Kamisan ke-815 di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (16/5/2024). Aksi kamisan ini digelar dalam rangka mengkritisi berkas penyidikan tragedi 1998 yang mangkrak di Kejaksaan Agung yakni kasus kerusuhan 13-15 Mei, tragedi Semanggi I, Semanggi II, Trisakti serta penculikan aktivis pro-demokrasi. Selain itu, sejumlah mahasiswa menampilkan aksi teatrikal sebagai respon penanganan pemerintah dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM yang dinilai pelihara impunitas. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Foto dari korban pelanggaran HAM dipajang saat Aksi Kamisan ke-815 di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (16/5/2024). Aksi kamisan ini digelar dalam rangka mengkritisi berkas penyidikan tragedi 1998 yang mangkrak di Kejaksaan Agung yakni kasus kerusuhan 13-15 Mei, tragedi Semanggi I, Semanggi II, Trisakti serta penculikan aktivis pro-demokrasi. Selain itu, sejumlah mahasiswa menampilkan aksi teatrikal sebagai respon penanganan pemerintah dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM yang dinilai pelihara impunitas. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Aktivis pegiat HAM mengikuti Aksi Kamisan ke-815 di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (16/5/2024). Aksi kamisan ini digelar dalam rangka mengkritisi berkas penyidikan tragedi 1998 yang mangkrak di Kejaksaan Agung yakni kasus kerusuhan 13-15 Mei, tragedi Semanggi I, Semanggi II, Trisakti serta penculikan aktivis pro-demokrasi. Selain itu, sejumlah mahasiswa menampilkan aksi teatrikal sebagai respon penanganan pemerintah dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM yang dinilai pelihara impunitas. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis pegiat HAM mengikuti Aksi Kamisan ke-815 di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (16/5/2024).
Aksi kamisan ini digelar dalam rangka mengkritisi berkas penyidikan tragedi 1998 yang mangkrak di Kejaksaan Agung yakni kasus kerusuhan 13-15 Mei, tragedi Semanggi I, Semanggi II, Trisakti serta penculikan aktivis pro-demokrasi.
Selain itu, sejumlah mahasiswa menampilkan aksi teatrikal sebagai respon penanganan pemerintah dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM yang dinilai pelihara impunitas.
sumber : Republika/Thoudy Badai